Doppio adalah espreso yang menggandakan diri, alias double espresso.
Bukan seperti americano, yang mengalah pada keputusasaan dengan menambahkan air, melarutkan intensitasnya. Doppio menolak kompromi: 19-21 gram kopi, 60 ml cairan, 100-135 miligram kafein, semuanya berlipat, tapi kekuatannya tetap utuh. Ini adalah janji bahwa yang ganda tidak harus berarti lemah.
Doppio: Espresso yang Menggandakan Diri
Di Italia, doppio berarti "ganda". Sejarahnya sederhana: para pencinta kopi lelah dengan espreso yang habis dalam dua tegukan. Mereka ingin lebih, bukan lebih banyak air, tapi lebih banyak kopi. Maka lahirlah doppio, bukan sekadar dua shot espreso dalam satu cangkir, melainkan pengakuan bahwa kenikmatan sejati seringkali membutuhkan repetisi.
Doppio tidak dibuat dari sembarang kopi. Ia meminta biji yang digiling halus, lebih kasar dari kopi Turki, tapi cukup rapat untuk mempertahankan kekuatannya. Sangat Italia, medium roast dianggap ideal, meski ada juga yang memilih gelap, seperti jiwa-jiwa yang sudah terlalu sering terbakar.
Arabika adalah pilihan utama, memberikan kompleksitas rasa. Robusta? Boleh saja, tapi hanya sepuluh hingga lima belas persen. Seperti tokoh antagonis dalam cerita, terlalu banyak dan pahitnya akan merusak segalanya.
Beberapa blend Italia memberanikan diri hingga dua puluh persen, tapi hanya dengan biji yang diproses sempurna. Sebab di sini, seperti dalam hidup, yang pahit harus tetap terkendali.
Bukan Lungo, Bukan Americano: Sebuah Penegasan Identitas
Ada yang mengira doppio sama dengan lungo, keduanya lebih besar dari espreso biasa. Tapi lungo mencapurkannya dengan menggiling kopi lebih kasar atau memperpanjang ekstraksi. Doppio menolak cara itu. Ia tetap setia pada grind size espreso, karena yang diinginkannya bukan sekadar volume, melainkan esensi yang berlipat.
Lalu ada americano, espreso yang ditaklukkan oleh air. Doppio bukan itu. Ia tidak mau dicairkan, tidak mau jadi bayangan dari dirinya sendiri. Ia tetap hitam, tetap pekat, tetap sebuah perlawanan dalam kesederhanaannya.
Ketika seseorang di kafe menyeruput doppio, mungkin ia sedang mencari lebih dari sekadar kafein. Mungkin ia ingin dua kali lipat kejelasan, dua kali lipat keberanian, atau dua kali lipat keabadian dalam secangkir.
Karena doppio, pada akhirnya, bukan cuma kopi. Ia adalah pengakuan bahwa kadang-kadang, satu kali tidak cukup. Kadang-kadang, kita butuh yang kedua, tanpa kompromi, tanpa pengenceran. Persis seperti hidup.