Jangan harap kamu nemuin Ben yang serius bikin kopi atau Jody dengan ide bisnisnya yang gila seperti sebelumnya di film Ben & Jody.
Angga Dwimas Sasongko sebagai sutradara membuat film ini penuh aksi melawan kuasa dari perusahaan yang merebut paksa tanah warga.
Sejak memutuskan meninggalkan Filosofi Kopi, Ben (Chicco Jerikho) pulang kampung lalu menanam kopi bersama masyarakat di sana.
Filosofi Kopi yang Jadi Penuh Aksi di Ben & Jody
Film dibuka dengan Ben yang menyeduh kopi saring, menuangkan di gelas dan membagi-bagikan pada para demonstran.
Semua berkumpul menunggu
kabar dari pak Hasan (Arswendy Bening Swara) yang bertemu dengan perusahaan
untuk bernegosiasi. Pak Hasan datang dengan kabar baik dan kabar buruk, kabar
baiknya perusahaan kembali mengajak bertemu untuk negosiasi dan relokasi, kabar
buruknya lokasi demo diserang oleh orang-orang suruhan perusahaan. Warga
dipukuli dengan kejam sampai banyak yang terluka.
Ben pamit ke pak Hasan untuk mencari ambulan, dia menelepon
Jody (Rio Dewanto) yang ada di Jakarta. Selesai menelepon, Ben diikuti oleh dua
orang asing lalu diculik ke dalam mobil. Petualangan mereka berdua dimulai di
sini, Jody yang khawatir dengan Ben di kampung halamannya memutuskan untuk
menyusul.
Ben disekap oleh pembalak liar yang dipimpin oleh Aa Tubir
(Yayan Ruhian), dia bersama ketua adat tinggal di penjara kayu dan dipaksa
bekerja setiap hari. Jody bisa bertemu dengan Ben setelah ditangkap oleh anak
buah Aa Tubir. Ben dan Jody berusaha untuk melarikan diri dibantu oleh pak
Hamid Yayu A.W. Unru
Kahadiran karakter pendukung seperti Rinjani (Hana Malasan),
Tambora (Aghniny Haque), Jago (Reza Himan) dan Musang (Muzakki Ramdhan) membuat
konflik di film lebih terasa. Rinjani adalah kakak Tambora, ayah mereka pak
Hamid sudah lama disekap oleh pembalak liar. Aksi berani dan konyol dari Musang
sering mengundang tawa.
Secara sinematografi, sound effect dan musik digarap secara baik. Akting dan aksi beladirinya benar-benar disiapkan apalagi kehadiran Aa Tubir sebagai tokoh antagonis membuat tegang di setiap aksi jahatnya.
Ben & Jody sebagai film tetap menyisipkan produknya seperti jaket yang dipakai Jody dan Filosofi Kodisko nama barista seperti Muhammad Aga dan Ryan Wibawa terlihat di beberapa scene film.
Momen kebersamaan dan konfilk dari mereka berdua bisa terasa
saat Jody terluka dan Ben kedinginan di hutan rimba mereka saling berbagi
rokok. Agak sedikit aneh memang ketika melihat aksi beladiri dan tembak
menembak dari Ben dan Jody lancar dan tanpa hambatan. Ya, namanya juga film.
Aa tubir yang kuat akhirnya kalah juga berkat kerjasama antara, Ben, Jody, Rinjani, Tambora, Jago dan Musang. Di akhir film sosok dari pak Hasan yang sebenarnya akan terbongkar. Penggusuran lahan dan relokasi banyak sekali terjadi di Indonesia, memang tidak mudah untuk melawan tapi bukan berarti aksi sewenang-wenang perusahaan bisa terus dibiarkan. Ayo lawan Ben dan Jody!