Kenapa Matcha Jadi Begitu Populer?

Matcha bukan lagi sekadar teh. Ia adalah simbol zaman: hijau, segar, dan penuh kemungkinan.
matcha coffee shop menu

Ada yang aneh di kedai kopi. Di antara mesin espresso yang mendesis dan aroma biji kopi sangrai, kini muncul warna hijau terang yang mencolok. Matcha, serbuk teh hijau yang berasal dari Jepang, tiba-tiba ada di mana-mana.

Dari kedai kecil nan hipster hingga rantai kafe besar, matcha bukan lagi sekadar minuman, melainkan simbol baru gaya hidup. Lalu, mengapa matcha menjadi begitu populer?

Matcha sebagai Kanvas Ekspresi

Di era di mana segalanya harus instagrammable, matcha adalah jawaban. Warnanya yang hijau cerah tidak hanya memikat mata, tetapi juga menjadi latar yang sempurna untuk kreasi minuman: latte dengan foam berbentuk hati, smoothie berlapis warna-warni, atau es matcha dengan taburan edible glitter.

Bagi Generasi Z, minuman bukan lagi sekadar pelepas dahaga, melainkan perpanjangan identitas. Mereka memilih matcha bukan hanya karena rasanya, tetapi karena ia bisa diolah, dimodifikasi, dan yang paling penting: difoto.

Espresso mungkin tetap jadi tulang punggung dunia kopi, tetapi matcha menawarkan sesuatu yang lebih: ia adalah bahan dasar yang fleksibel, bisa manis, bisa pahit, bisa tradisional, bisa modern. Ia seperti cat di tangan pelukis, bisa jadi karya seni minimalis ala Jepang, bisa juga jadi mural penuh warna ala kafe kekinian.

Pandemi mengubah banyak hal, termasuk cara kita memandang kesehatan. Generasi muda sekarang lebih sadar akan apa yang masuk ke tubuh mereka. Mereka membaca label, menghindari gula berlebihan, dan mencari minuman yang tidak hanya enak, tetapi juga memberi manfaat.

Matcha, dengan segudang klaim kesehatan, antioksidan tinggi, L-theanine yang menenangkan, kafein yang lebih ramah, menjadi pilihan yang sulit ditolak.

Di tengah budaya burnout dan kecemasan yang melanda generasi muda, matcha hadir sebagai penyeimbang. Ia memberikan energi tanpa kegelisahan kopi, memberikan fokus tanpa crash di siang hari. Ia adalah simbol slow living di dunia yang serba cepat.

Dari Upacara Teh ke TikTok

Matcha bukanlah hal baru. Ia sudah ada sejak abad ke-12, digunakan dalam upacara teh Jepang yang sakral. Namun, yang menarik adalah bagaimana ia berubah dari ritual yang kaku menjadi tren global yang cair. Matcha tidak lagi terkurung dalam tatacara tradisional; ia sekarang dicampur dengan oat milk, sirup vanilla, atau bahkan diminum dingin dengan es batu.

Inilah kekuatan budaya populer: mengambil sesuatu yang sakral, lalu mengubahnya menjadi sesuatu yang bisa dinikmati semua orang. Matcha tidak kehilangan esensinya, tetapi ia menemukan bentuk baru. Sebuah bentuk yang sesuai dengan selera generasi sekarang.

Mungkin tidak sepenuhnya. Kopi punya sejarah panjang dan penggemar fanatik. Namun, matcha jelas bukan sekadar tren sesaat. Ia telah menjadi bagian dari budaya minuman modern, seperti halnya espresso atau bubble tea. Ia ada karena dunia sekarang menginginkan minuman yang sehat, estetis, dan personal.

Matcha bukan lagi sekadar teh. Ia adalah simbol zaman: hijau, segar, dan penuh kemungkinan. Dan selama manusia masih ingin mengekspresikan diri melalui apa yang mereka minum, matcha akan tetap ada, di gelas, di menu, dan di feed Instagram.

Pekerja teks komersial, juga mengulik desain visual dan videografi. Pop culture nerd dan otaku dengan kearifan lokal

Posting Komentar

© Kopi Bandung. All rights reserved. Developed by Jago Desain