Di tengah perang dingin yang membekukan hubungan Ostania dan Westalis, di mana intelijen menjadi senjata utama, Twilight, mata-mata terbaik WISE, diberi misi yang terdengar mustahil: membentuk sebuah keluarga agar bisa menyusup ke lingkaran elite tempat Donovan Desmond, ancaman utama perdamaian, bersembunyi.
Setiap orang membawa potongan diri yang tak bisa ia tunjukkan kepada siapa pun. Sebuah kebenaran yang pahit, tapi justru itulah yang menggerakan dunia. Di balik senyum, di balik jabatan tangan, di balik percakapan santai di pesta-pesta mewah, ada rahasia yang disembunyikan, dikubur dalam-dalam, karena ketahuan berarti kehancuran. Tapi hidup, seperti biasa, punya selera humor yang kejam.
Operasi Strix: Keluarga sebagai Senjata
Loid Forger, sang psikiater, adalah topeng yang sempurna. Logis, tenang, selalu terkendali. Tapi apa yang terjadi ketika seorang mata-mata ulung harus berperan sebagai ayah? Bukan sekadar mengingat jadwal sekolah atau memastikan makan malam, melainkan benar-benar menjadi ayah, dengan segala emosi, kebingungan, dan kelemahan yang menyertainya?
Anya, anak yang ia adopsi, ternyata bisa membaca pikiran. Gadis kecil yang polos, penuh ekspresi aneh, dan penggemar berat kartun spy itu tahu setiap rahasia Twilight. Sementara Yor, istrinya, siang pegawai kantoran sementara malam seorang pembunuh bayaran.
Mereka bertiga hidup dalam kebohongan yang saling melindungi. Twilight butuh keluarga untuk misinya, Yor butuh suami untuk menutupi identitasnya, dan Anya? Dia hanya ingin punya orang tua yang menyayanginya.
Parenting sebagai Medan Perang
Di sini, dalam rumah tangga fiktif ini, pertarungan sesungguhnya bukan melawan target atau musuh yang jelas. Tantangan terberat justru datang dari hal-hal kecil.
Anya yang tidak bisa matematika. Bagaimana seorang mata-mata jenius bisa mengajari anaknya hitung-hitungan dasar ketika ia sendiri lebih terbiasa merancang strategi daripada mengoreksi PR?
Yor yang memasak seperti sedang meracuni target. Twilight harus bertahan makan malam yang bisa lebih mematikan daripada misi lapangan.
Pertemuan orang tua di sekolah. Sebuah medan tempur di mana gosip lebih berbahaya daripada senjata api.
Tapi justru di situlah keindahannya. Twilight, yang selama ini hidup dalam kesendirian dan kecurigaan, tiba-tiba harus berhadapan dengan sesuatu yang tak bisa ia kendalikan: perasaan.
Keluarga: Misi yang Tak Pernah Selesai
Mereka mungkin mulai dengan kepura-puraan, tapi perlahan, kebohongan itu berubah menjadi sesuatu yang nyata. Twilight belajar bahwa menjadi ayah bukan sekadar menjalankan peran. Yor menyadari bahwa ada kehangatan di luar dunia gelapnya. Anya, dengan segala kekonyolannya, adalah benang yang mengikat mereka, tanpa perlu membaca pikiran untuk tahu bahwa mereka mulai peduli.
Misi utama Operation Strix mungkin adalah mengawasi Desmond, tapi misi tersulit Twilight justru menjadi ayah yang baik.
Di dunia yang penuh intrik, di mana setiap orang menyembunyikan sesuatu, keluarga Forger adalah paradoks. Mereka dibangun di atas kebohongan, tapi justru di situlah kebenaran paling jujur terungkap: bahwa manusia, sekeras apa pun ia berusaha, tak bisa hidup sendirian.
Mungkin perdamaian dunia tidak hanya tentang mengalahkan musuh, tapi juga tentang mempertahankan orang-orang yang membuat hidup layak dipertahankan.
Dan bagi Twilight, Yor, dan Anya, meski dengan segala rahasia mereka, itulah misi yang paling berat, sekaligus paling berarti.